Masih ga percaya, saya sudah menginjakkan kaki di Raja Ampat. Destinasi impian yang sudah saya impikan sejak lama. Sebagai pecinta pantai, saya banyak mendengar mengenai keindahan pulau ini, yang katanya bak surga dunia !!

Traveling ke Raja Ampat bisa dikatakan trip yang harus mengocek dana lumayan besar dan perjalanannya pun cukup jauh dan butuh perjuangan, karena konon medannya cukup terjal. Tetapi dengan tabungan yang cukup dan persiapan mental yang kuat, akhirnya saya dan teman – teman bertekad kesana.

Untuk mengakali biaya trip yang cukup mahal, salah satu pilihannya adalah kita bisa mengikuti open trip. Namun apabila dirasa terlalu lama menunggu quota open trip, ada pilihan lain yaitu mengikuti private trip seperti yang saya dan teman-teman lakukan. Kelebihan private trip ini adalah kita bisa pergi dengan teman-teman dekat, seru kan !! Kebetulan waktu itu private trip kami terdiri dari 12 orang teman.

Misool dan Wayag+Piaynemo

Raja Ampat memiliki 2 destinasi utama yang menjadi daya tarik wisatawan yaitu Misool dan Wayag+Piaynemo. Kami memutuskan untuk mengunjungi Misool karena daya tarik landscape-nya yang bervariasi di sana.. (Mmm,,, maunya sih dua-duanya ya, tapi apa daya karena keterbatasan biaya dan waktu jadi harus pilih salah satu ajaaa hehe..).

Waktu itu, sehari setelah kami membayar DP, tiba-tiba travel kami memberitahukan bahwa di tanggal perjalanan kami sudah tidak memungkinkan untuk nyebrang ke kepulauan Misool, karena sudah masuk musim angin selatan yang bisa membahayakan keselamatan. Huhuhu lemas rasanya, tapi demi keselamatan semua akhirnya kami putar haluan untuk mengunjungi Wayag+Piaynemo yang lebih aman.

Menuju Pelabuhan

Sesampainya di Sorong, kami dijemput dan langsung dibawa menuju pelabuhan untuk menyebrang ke kepulauan Waigeo. Meski baru sampai di pelabuhan, saya sudah bisa menikmati pemandangan yang indah yaitu birunya langit dan deretan kapal-kapal yang sedang berlabuh.

Siap – siap meyebrang ke pulau Waigeo

Menyeberangi Lautan Dengan Speed Boat

Akhirnya kami menyeberangi laut menggunakan speed boat, kami pun mampir ke beberapa pulau untuk menjemput teman-teman lain yang sudah lebih dahulu sampai di sana. Speed boat kami bisa dibilang cukup kecil, tapi ternyata punya fasilitas yang lumayan lengkap seperti kamar mandi di dalamnya. Tempat duduk pun tersebar di dalam maupun di bagian luar dek. Kalau ombak lagi tidak terlalu besar, kami dibolehin loh untuk duduk-duduk santai di atas dek.

Langit biru dan deburan air laut setia menemani

Menuju Penginapan & Main Ke Pemukiman Penduduk

Sore itu, setelah kami sempat snorkeling di Freeman Wall, akhirnya sampai juga di penginapan yang bernama Prajas Homestay, yang terletak di kepulauan Waigeo. Sesampainya disana kami disambut hangat oleh penduduk lokal dan beberapa anak kecil yang juga turut membantu membawakan barang-barang kami ke kamar.

Kebetulan karena hari belum gelap, warga lokal berbaik hati mengajak kami berkunjung ke desa tempat mereka tinggal, yang terletak persis di seberang pulau homestay kami. Untuk menuju kesana, kami menggunakan kapal kecil dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit saja.

Sesampainya disana, kami disambut oleh beberapa anak kecil yang sedang bermain di dermaga. Uniknya Anak-anak disana senang kalau dibagikan permen. Hal itu terbukti ketika kami sedang membeli permen di warung, anak-anak itu lari ke arah kami dan berkerumun menantikan permen dibagikan. Kalau dipikir-pikir, bikin anak-anak ini bahagia itu tidak sulit ya, cukup dengan hal yang sederhana..

Setelah acara bagi-bagi permen selesai, mereka pun mengajak kami berkeliling desa untuk melihat lingkungan desa & rumah-rumah mereka. Bisa dikatakan kami sangat beruntung, karena anak-anak disana sedang libur sekolah, jadi banyak yang mau menemani & mengantar kami.

Karena bahagia itu sederhana..

Perjalanan Menuju Puncak Wayag 1

Pagi itu, kami bangun hanya gosok gigi dan cuci muka saja hehe.. lalu kami berangkat menuju Pulau Wayag. Perjalanan menuju kesana memakan waktu sekitar 1 jam menggunakan speed boat. Sewaktu perjalanan kesana kami sempat melewati beberapa gugusan pulau, seketika itu pun kami jadi merasakan bahwa kami sedang ada di lokasi film Kong: Skull Island haha..

Akhirnya, kapal kami berlabuh di suatu pulau kecil untuk melapor bahwa seluruh personil sudah memiliki kartu ijin wisata. Setelah laporan selesai, kami bergerak lagi menuju pulau Wayag untuk memulai pendakian ke puncak Wayag 1. Untung sebelumnya sudah diinfo bahwa akan ada kegiatan memanjat batu karang, jadi sarung tangan sudah siap sedia.

Setelah memakai sarung tangan, satu per satu dari kami mulai berjalan menaiki batu karang. Awalnya batu karang yang kami naiki masih landai, tapi lama kelamaan posisi batu karang makin tinggi. Kami bukan lagi berjalan, tapi memanjat batu karang tersebut. Coba bayangkan orang yang sedang wall climbing, nahh seperti itulah posisi kami menaiki batu karang yang sangat curam itu. Bedanya ya kami tidak di-support dengan tali pengaman.

Untung ada sekitar 4 orang ABK yang dengan setia menjaga kami ketika naik, memastikan tidak ada yang salah berpijak di karang, dan siap sedia dengan air minum di kantong mereka. Jadi kalau diantara kami ada yang sudah kehabisan nafas, air minum langsung dikeluarkan dari kantong celana mereka. Setelah minum, tidak lupa kami diingatkan untuk menyimpan sampah minuman tersebut sampai nanti sampai di kapal guna untuk menjaga kebersihan pulau.

Satu jam untuk menapaki dan memanjati batu karang

Puncak Wayag 1

Setelah 30 menit memanjat, akhirnya puncak karang itu terlihat. Dengan pakaian penuh keringat akhirnya saya bisa berdiri di Puncak Wayag 1. Tak henti saya terpesona, membelalakkan mata karena pemandangan yang terpampang di depan saya sungguh amat indah. Kombinasi langit dan air laut yang sangat biru, ditemani gugusan pulau-pulau kecil yang membuat pemandangan itu tidak biasa.

Ya ampun, selama ini saya hanya bisa lihat pemandangan ini di internet. Tapi detik ini pemandangan itu nyata di depan mata. Tidak ada sinyal, tidak ada akses internet, hanya saya bersama alam. Tuhan mikir apa ya ketika menciptakan alam ini? Yang pasti Tuhan ingin tunjukin ke kami semua bahwa Indonesia itu sungguh indah..

Pemandangan ini begitu indah dan membuat saya terpana

Indonesiaku Sungguh Indah

Dari 5 hari perjalanan, kami lebih sering tidak mendapatkan sinyal. Tapi itu malah membuat kami tidak sibuk dengan gadget masing-masing. Yang kami lakukan adalah berdecak kagum sepanjang perjalanan, bermain dengan warga lokal, dan tidak lupa mensyukuri kebesaran Tuhan. Saya sama sekali tidak menyesal mengeluarkan biaya yang lumayan besar untuk bisa sampai di Raja Ampat. Ini adalah salah satu tanda cinta dan kontribusi kita untuk memajukan wisata Indonesia.

Banyak orang yang bertanya “Kenapa sih lo mau ngabisin uang banyak kesana? Dengan pengeluaran yang sama, mending juga lo pergi ke Jepang ato Maldives”. Menurut saya inilah salah satu bentuk cinta kita untuk Indonesia. Masak orang asing bisa lebih mengenal negara kita daripada kita sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Teman-Teman Terbaik

Bagian yang terpenting dari perjalanan ini adalah saya sangat bersyukur memiliki teman-teman seperjalanan yang solid, mereka sudah membuat perjalanan ini semakin berharga. Seindah apapun destinasi yang kamu kunjungi tetapi apabila kamu pergi dengan orang yang salah, destinasi itu tidak akan meninggalkan kesan. Tetapi sesederhana apapun destinasi itu tetapi apabila kamu pergi dengan orang yang tepat, pasti perjalanan itu akan selalu indah di hati.

Teman – teman yang membuat perjalanan ini berharga

Don’t forget to embrace every moment!

Writer by Ochie Tobing | Editor Nelza Yesaya

Share

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *